SEJARAH DESA KUNGKAI



Oleh : Febrian Chandra
29/12/2016

Cerita ini bukan rekayasa penulis, dan bukan rekayasa pencerita, cerita ataupun sejarah ini dibuat agar masyarakat tidak lupa dimana mereka berpijak, apapun isinya jika ditemukan kesalahpahaman tolong dikoreksi, jangan dicaci. apapun isinya jika ada hinaan jangan saling menghujat. Karena kita semua bersaudara. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

   1.      PEMILIHAN NAMA KUNGKAI
Ditemukannya Daerah Kungkai yang saat ini berada di tepian Sungai Merangin, Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin  berawal dari orang-orang yang berasal dari Sungai Puding serta orang-orang yang berasal dari Mudik Sungai Merangin. Sungai Puding sendiri berada di seberang Kungkai, orang-orang ini berasal dari tanah Mataram dan menamakan daerah ini dengan nama Pedokoh Puding yang dipimpin oleh Datuk Sutan, sedangkan orang-orang yang berasal dari Mudik Sungai Merangin berasal dari ranah Minang dan Kerinci, menamakan daerah mereka dengan nama Pedokoh Kayo yang dipimpin oleh Datuk Pandak.
Secara geografis Kungkai berada tepat diwilayah tepian sungai Merangin, yang awalnya berada dibawah kawasan Bathin Sembilan Ulu, wilayah Bathin Sembilan Ulu sendiri terdiri atas Biuku Tanjung, Pulau Rengas, Kungkai, Dusun Bangko, Dusun Mudo, dalam sejarahnya nama-nama desa diberikan berdasarkan penentuan nama tepian sungai di daerah tersebut.
Diberikannya nama Kungkai berawal dari masyarakat Bathin Sembilan Ulu yang ingin menentukan batas maka dihanyutkanlah batang kayu yang bernama mang yang sudah dikuliti sehingga terlihat putih dan kemudian akan ditentukan berdasarkan daerah tambatan dari batang mang tersebut, sehingga tertambatlah di muara sungai, sungai tersebut sekarang berada diseberang Desa Kungkai, namun orang-orang yang menentukan batas merasa terlalu singkat sekali batang mang tersebut tertambat, dan meminta ungkai terlebih dahulu di wilayah muara sungai tersebut, ungkai itu sendiri berarti hanyutkan kembali, dan akhirnya bernamalah sungai tersebut sungai dengan nama Sungai Kungkai, kemudian dihanyutkan kembali yang akhirnya menyangkut kembali di wilayah yang sekarang dikenal dengan Sungai Murak, wilayah terakhir tertambatnya batang mang tersebut adalah Pulau Sanarat yang berarti tempat ke tepian membuat batas, disitulah batas akhir dari wilayah Margo Bathin Sembilan Ulu, maka terjadilah nama-nama dusun tersebut, terkhusus untuk nama Kungkai tersebut berawal dari kalimat ungkai. Dan nama Kungkai ini sendiri menurut orang tuo tengganai, alim ulama dan cerdik pandai di Desa Kungkai sudah diberikan sebelum masuknya penjajahan Belanda.
   2.      PEMBENTUKAN DATUK NAN BALIMO
Setelah ditata batas pemimpin dua kelompok ini yaitu Datuk Sutan dan Datuk Pandak yang sebelumnya telah berdiam di wilayah Kungkai ini. Kemudian mereka membuat Pedukoh atau yang sekarang dikenal dengan nama Dusun, akhirnya bersepakatlah dua qalbu ini yang melihat ada wilayah sungai yang bernama Sungai Kungkai dilokasi mereka berdiam diri, maka dibuatlah nama daerah yang mereka tinggali tersebut dengan nama Pedukoh Kungkai atau Dusun Kungkai.
Dua qalbu/datuk ini terus berkembang dan memiliki anggota kelompok yang semakin banyak, akhirnya mereka mensiasati dengan membagi kelompok baru dari dua kelompok yang sudah ada. Yaitu dengan membagi kelompok Datuk Puding yang kemudian dinamakan dengan Datuk Sangkuno, dan Datuk Kayo memecah menjadi Datuk Kayo dan Datuk Bandar.
Mereka memiliki aturan bahwa siapapun yang berada di Dusun Kungkai harus memiliki qalbu, dan kemudian ditambah dengan orang-orang dari Bukit Bungkul yang kemudian tinggal di Dusun Kungkai tepatnya di wilayah Bukit Elang Berantai, karena di Bukit Bungkul itu sangat banyak sekali Harimau. Setelah kelompok ini tinggal di Bukit Elang Berantai, akhirnya  di ditemukanlah kesepakatan dari empat Datuk untuk membuat kelompok baru bagi orang-orang yang berdiam di Bukit Elang Berantai dan mereka diberi nama Datuk Sukoberajo.
   3.      KEDATANGAN BELANDA
Masyarakat Kungkai saat itu hidup dengan rukun dengan berlandaskan agama islam, semua dijalankan berdasarkan kebiasaan masyarakat dan syariat islam, namun setelah Belanda masuk ke wilayah Kungkai, mulailah terjadi pemerintahan di Kungkai yang di pimpin oleh satu pemimpin yang sering disebut dengan nama Rio. Pemilihan Rio pertamapun dilakukan secara mengejutkan saat itu Belanda datang dan mulai mengumpulkan masyarakat Kungkai, setelah semua berkumpul, namun ada satu orang yang masih berada di kebun, sehingga belanda menyuruh orang-orang untuk memanggilnya di ladang, orang itu bernama Mantan. Sekembalinya Mantan dari ladang ia langsung berkumpul, dan langsung di pasangkan selendang oleh belanda dan menunjuk dia sebagai Rio pertama di Dusun Kungkai, walaupun sangat terkejut tapi itu diterima. Akhirnya bergelarlah dia dengan gelar Rio Mantan.
Namun Rio Mantan tidak dapat bekerja sendiri, dan akhirnya dicarilah teman dekatnya untuk membantu Rio Mantan dalam menjalankan tugasnya, setelah dilakukan pencarian akhirnya dipilihlah seorang bernama Mantitah, diapun bergelar Fateh yang berarti tangan kanan pemimpin ataupun wakil pemimpin. Mereka berdualah orang-orang pertama yang berada di baris pemerintahan Dusun Kungkai.
Setelah kepemimpinan Rio Mantan, pemerintahan dalam satu kepemimpinan tetap berlanjut, namun kali ini diserahkan kepada datuk nan balimo yang dalam seloko adat Paseko Begilir-gilir, yang artinya kekuasaan dilaksanakan secara bergiliran, dan dalam seloko yang lebih lengkap : Lapok baganti li lapok pua jalipong tumbuh, bak napoh diujung tanjung ilang sikuk baganti sikuk. Yang berarti pergantian Antara pemimpin  tidak boleh hilang, begitulah pegangan yang dipegang masyarakat Kungkai saat ini. Datuk nan balimo secara bergiliran menjadi Rio di Desa Kungkai, yang kemudian di bantu oleh Fateh, Imam, Khatib dan bilal. Artinya setiap datuk mempunyai tugas masing masing seperti system pemerintahan yang telah dibentuk yakni ada lima jabatan untuk diisi yang kemudian kelima jabatan itu diisi oleh datuk nan balimo.
Akhirnya secara garis besar setelah Rio Mantan, pemimpin-pemimpin Kungkai adalah para datuk itu sendiri, sebelum akhirnya berubah menjadi Desa.
   4.      SELAYANG PANDANG MENGENAI DATUK DI DESA KUNGKAI
Selain cerita datuk yang telah digambarkan diatas, masih banyak lagi cerita-cerita mengenai kesaktian Datuk Sutan dan Datuk Pandak, tugas dan fungsi datuk.
1.      Kesaktian Datuk Sutan dan Datuk Pandak
Datuk Sutan dikenal sebagai seseorang yang dihormati dan berwibawa setiap kalimat yang diucapkannya akan dipatuhi oleh anggota kelompoknya.
Datuk Pandak dikenal sebagai seseorang yang sakti dan perkasa, bahkan harimau tak berani berhadapan dengan Datuk Pandak, dia dikenal sebagai seseorang yang kuat, dan kekuatannya diakui oleh kelompoknya dan masyarakat Kungkai.
2.      Konsep Keagamaan
Agama islam adalah agama mayoritas di Dusun Kungkai, dan boleh dikatakan agama islam bukan sekedar mayoritas, tetapi 100% beragama islam, karena ajaran islam adalah ajaran tuntutan bagi masyarakat Kungkai.
Bahkan sebelum kedatangan belanda para datuk  membuat sebuah aturan bagi yang tidak sholat jumat, mereka akan dihukum atau diberi sanksi, masyarakat saat itu di absen satu persatu berdasarkan kelompok datuknya, untuk mengetahui siapa yang tidak datang.
Bukti bahwa masyarakat kungkai sudah menganut agama islam sejak dulu adalah mimbar masjid yang sudah berusia ratusan tahun, hal itu sudah cukup membuktikan kosep ketuhanan yang dianut oleh para datuk dahulu, dan bukan ajaran animisme dan dinamisme, yang menyembah benda-benda ataupun patung.
3.      Tugas dan Fungsi Datuk
Datuk ini di Desa Kungkai sering juga disebut dengan qalbu, karena dalam penentuan kelompoknya itu harus berdasarkan garis keturunan ibu untuk mendapatkan keanggotaan sebagai kelompok datuk. Jika ada orang luar ingin menikah dengan masyarakat Kungkai, khususnya perempuan terlebIh dahulu harus dilakukan pengakuan batin terhadap salah satu datuk, supaya anaknya nanti bisa mendapat gelar datuk berdasarkan dengan ibunya mengaku datuk tadi. Tapi sekarang, terhusus bagi pendatang yang ingin menetap mereka juga harus memiliki Datuk, tetapi dengan cara yang disebut didesa kungkai itu “Ngakau Indok” ( Mengaku Bathin  terhadap orang tuo angkat) itu semua sampai sekarang masih berjalan secara turun temurun.
Kelompok Datuk biasanya selalu melakukan penyalangan-penyalangan pada hari raya idul fitri dahulu kelompok kelompok melakukan penyalangan dengan memakai pakaian songket\sungkuk dan membawa nampan jamuan berupa makanan yang terdapat disebuah nampan, dari penyalangan itu dibuat lah sebuah acara yang boleh dikatakan pesta adat, yang sudah sangat turun temurun, yaitu “Lumbo Bidok” (Pacu Perahu), dan acara “Manjeat Pineang” ( Manjat Pinang ).

Didalam tradisi datuk, terdapat salah satu upacara yang dianggap sakral. yaitu upacara  pembukaan cerita datuk, konon dahulu harus memotong satu ekor  kerbau untuk membuka cerita itu karena cerita itu sangat sensitive dan di anggap suci. sehingga harus memenuhi syarat tersebut.

0 Komentar Untuk "SEJARAH DESA KUNGKAI"

Post a Comment