Transisi fiso1ogis dari wanita
hamil menjadi seorang ibu merupakan perubahan yang sangat besar bagi setiap
wanita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada masa ini, setiap sistem dalam
tubuh mengalami pengaruh dan perubahan, meskipun sayangnya perubahan tersebut tidak
selalu menyenangkan untuk semua orang, tetapi perubahan ini menunjukkan adanya
peristiwa besar dalam kehidupan seorang wanita.
Pada kehamilan yang sehat, plasenta
memberikan nutrisi dan melindungi janin yang sedang tumbuh; badan uterus tetap
relaks dan serviks tertutup. Sejalan dengan semakin dekatriya proses
rnelahirkan, kontraksi Braxton Hicks non-progresif yang di alami selama
kehamilan berubah dan menguat menjadi bentuk progresif persalinan. Serviks,
yang tadinya keras dan menutup, menjadi lunak dan dapat dilatasi.
Bersamaan dengan perubahan fisik
tersebut, ibu dapat mengalami perasaan yang intensitasnya sangat bervariasi,
dan antisipasi sukacita sampai penantian yang penuh dengan ketakutan. Bidan dan
pendukung lain harus ekstrasensitif pada masa ini agar dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan yang spesifik ibu. Persalinan, dan segi fisik dapat diga mbarkan
sebagai proses ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan
lahir tetapi tentu saja persalinan bukan sekadar peristiwa fisik murni. Apa
yang terjadi selama persalinan dapat memengaruhi hubungan antara ibu dan bayi,
serta persalinan di masa yang akan datang. Persalinan normal terjadi antara
usia gestasi 37 dan 42 minggu, tetapi tidak seperti mamalia lain, rnanusia
tidak mempunyai periode gestasi yang sangat tepat (Kirkman 2001). Gestasi
manusia dikatakan sekitar 280 han, ditambah atau berkurang 10 hari. The World
Health Organization (WHO 1997) mendefinisikan persalinan normal sebagai
persalinan berisiko rendah, dengan awitan spontan dan presentasi fetus verteks,
dan dengan hasil akhir ibu dan bayinya berada dalam kondisi yang baik setelah
melahirkan. Semua definisi persalinan tampaknya murni fisiologis dan tidak
mencakup kesejahteraan psikologis orang tua.
Setelah persalinan dimulai,
kemajuannya diukur berdasarkan penurunan kepala janin dan dilatasi serviks.
Dulu, kecepatan dilatasi serviks yang diharapkan pada persalinan ditentukan
berdasarkan hasil kerja Friedman selama tahun 1950-an, tetapi riset yang
terbaru menunjukkan bahwa proses persalinan yang dalam hal ini adalah dilatasi
serviks, tidak harus dibatasi waktunya dan dapat berlangsung lebih lama dan
yang diperkirakan oleh para kiinisi. Kriteria untuk membedakan persalinan
normal dengan persalinan abnormal berdasarkan batas waktu masih memerlukan
revisi (Albers 1999). Dulu, tiga tahap persalinan digambarkan sebagai: kala
satu, kala dua, dan kala tiga. Namun, pandangan tersebut terlalu bersifat
keilmuan karena sudah jelas bahwa persalinan merupakan proses yang kontinu.
Saat ini, semakin diakui bahwa tidak hanya terdapat tiga fase persalinan normal
yang jelas. Sherblom Matteson (2001) memberikan penjelasan lengkap tentang
pandangan bahwa persalinan tidak hanya terdiri atas tiga tahap, dan tidak hanya
terdiri atas perubahan fisik, tetapi juga efek emosional.
-
Kala satu
Fase laten sebelum
kala satu aktif dan dapat berlangsung 6—8 jam pada ibu primigravida untuk
dilatasi serviks dan 0 cm hingga 3—4 cm (Stables 1999) dan kanal serviks
memendek dan 3 cm menjadi kurang dan 0,5 cm (Arulkumaran 1996).
Kala satu aktif adalah
saat ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat. Saat ini dimulai
ketika serviks berdilatasi 3-4 cm dan, jika terdapat kontraksi nitmik, kala
satu aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh (10
cm). Fase transisional adalah kala persalinan ketika serviks berdilatasi dan
sekitar 8 cm sampai dilatasi penuh (atau hingga kontraksi ekspulsif yang
terjadi pada kala dua mulai dirasakan oleh ibu), sering kali intensitas
aktivitas terus berhenti sejenak pada saat ini (Sherbiom Matteson 2001).
-
Kala dua
Kala dua adalah saat
keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah berdilatasi penuh dart ibu
merasakan dorongan untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir
saat bayi lahir.
-
Kala Tiga
Kala tiga adalah adalah
pemisahan dan keluarnya plasenta dan membran; pada kala tiga ini, juga
dilakukan pengendalian pendarahan. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi
sampai plasenta dan membran dikeluarkan.
Idealnya, ibu harus mengenal
bidannya sendiri dan dapat menghubunginya saat persalinan dimulai. Jika hal ini
tidak memungkinkan, merupakan hal yang sangat penting bahwa pada pertemuan
pertama dengan bidan, ibu bersalin dan pasangannya memberikan infor masi kepada
bidan tentang keadaan ibu yang akan menentukan jalannya persalinan. Jika pergi
ke rumah sakit, ibu mungkìn akan mengkhawatirkan tentang sambutan yang akan
diterimanya dan pasangannya, serta sikap orang yang merawatnya. Selain itu,
lingkungan yang tidak dikenalnya dapat menimbulkan perasaan rentan dan
merenggut. kepercayaan dirinya.
Lingkungan yang nyaman, sikap yang
bersahabat, dan bidan yang memandang ibu sebagai rekan kerja yang sejajar akan
menumbuhkari rasa saling menghargai sehingga ibu dapat relaks dan berespons
secara positif terhadap kekuatan persalinan yang luar biasa (Raphael Leff
1993).
Biasanya ibu sendirilah yang
mendiagnosis awitan persalinan normal, dan kebanyakan dan mereka dan juga
pasangannya merasa ketakutan jika persalìnan akan terjadi sangat cepat dan
menyebabkan terjadinya kelahiran tanpa perawatan. Penyuluhan selama periode
pranatal merupakan hal yang sangat penting agar ibu dapat mengenali awitan
persalinan dan memahami fase laten. .
Ibu harus mengetahui seperti apa
yang disebut dengan ‘show’, dan mengetahui bahwa di akhir ke hamilan sekresi
vagina akan méningkat, tetapi tidak bernoda darah. ‘Show’ di awal persalinan
atau sebelum awitan persalinan merupakan hal yang cukup banyak terjadi.
Biasanya, ‘show’ berwarna merah muda atau seperti gel cair bernoda darah; jika
demikian, berarti persalinan akan atau sedang berlangsung. Ibu yang menjalani
pemeriksaan per vagina di akhir kehamilan hams mengetahui bahwa sedikit darah
dapat keluar setelah prosedur ini.
Kontraksi Braxton Hicks lebìh mudah
diobservasi di akhir kehamilan dan beberapa wanita merasakannya sebagai nyeri.
Kontraksi ini biasanya tidak teratur atau keteraturannya tidak bertahan lama.
Kontraksi Braxton Hicks jarang terjadi lebih dan 1 menit. Pada persalinan yang
sebenarnya, kontraksi ini menurijukan pola ritme dan keteraturan, bìasanya
sejalan dengan waktu, durasi, kekuatan, dan frekuensinya akan ber tambah. Saat
ibu pertama kali merasakan kontraksi, mungkin yang ia rasakan hanya nyeri
punggung, tetapi jika rneletakkan tangannya pada abdomen, ia dapat merasakan
adanya pengerasan uterus yang simultan. Sering kali pada awalnya, kontraksi ini
terjadi šangat singkat, yaitu 30-40 detik dan dapat berjarak 30 menit.
Jika kehamilan bebas masalah dengan
antisipasi ke lahiran normal, bidan harus menganjurkan ibu untuk tinggal di
Iingkungannya sendiri, melanjutkan aktivitas normalnya, makan, aktif, dan tetap
tegak. Sering kali sulit untuk memastikan apakah ketuban pecah secara spontan
atau tidak sebelum persalinan atau di awal persalinan.
Saat mulai mengalami persalinan,
ibu mungkin meng-alami berbagai macam emosi. Sebagian besar mereka menantikan
persalinan dengan rasa senang, ansietas, ketakutan, dan harapan. Banyak embsi
lain yang di pengaruhi harapan budaya dan pengalaman hidup sebelumnya. Tingkat
pengetahuan ibu, ketakutan, dan harapannya juga dipengaruhi oleh orang yang
menemaninya selama persalinan. Pada saat persalinan dimulai, keputusan tentang
temp at ibu akan melahirkan harus ditetapkan. Sebagian memilih untuk melahirkan
di rumah, sebagian lain di rumah sakit, dan sebagian lagi mungkin ingin
bersalin di rurnah selama mungkin, tetapi melahirkan di rumah sakit. Apa pun
pilihan ibu, ja harus menjadi fokus asuhan, ia hams dapat merasakan bahwa ia
mampu mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya dan mampu membuat keputusan
tentang asuhannya (DoH 1993).
Jika diketahui tidak ada
komplikasi, tetapi ersalinan tidak maju dengan baik, ibu dapat tetap berada di
rumah selama ia merasa nyaman dan percaya din. Namun demikian, jika persalinan
bersifat prematur, ibu harus dibawa ke rumah sakit.
Pemeriksaan awal meliputi rincian
tentang kapan persalinan dimulai, apakah membran sudah ruptur, dan frekuensi,
serta kekuatan kontraksi. Bidan harus mengingat bahwa ibu akan sangat menyadari
tubuhnya sehinggã tidak mampu memperhatikan atau berespons ketika mengalami
kontraksi. Karena ibu niemasuki proses yang sangat membutuhkan energi,
pertanyaan yang harus diajukan adalah apakah ia mengalami kesulitan tidur
akhir-akhir ini dan juga makanan apa yang ia makan baru-baru ini. Jika masih
berada di awal persalinan dan kehamilannya bebas masalah, ibu harus dianjurkan
untuk makan atau mrnum sesuai keinginannya dan tetap bergerak, mungkin mandi
jika di rasa hal ini dapat membuatnya relaks (Champion & McCormick 2002).
Situasi sosial juga harus
diperhatikan, terutama tentang pengasuhan anaknya yang lain, serta adakah seseorang
yang akan menemaninya melahirkan dan apakah ia sudah dihubungi.
0 Komentar Untuk "Perawatan Awal Persalinan"
Post a Comment