Keindahan sebuah puisi baru dapat dinikmati setelah diperdengarkan atau
dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat,
dan dengan pengekspresian yang proporsional.
Untuk dapat membacakan puisi dengan menarik dan mampu menampilkan
keindahan puisi, pembaca harus melewati beberapa tahapan. Secara umum ada dua
tahapan, yaitu tahapan ke dalam dan ke luar.
Pada tahapan ke dalam, calon pembaca puisi melakukan proses interpretasi
dan internalisasi (peresapan). Sebelum membacakan, pembaca harus benar-benar
memahami isi puisi yang dibawakan. Untuk itu, pembaca harus menginterpretasikan
atau menafsirkan maksud setiap kata, larik, dan bait puisi sehingga dapat
dipahami makna puisi secara totalitas atau keseluruhan. Interpretasi dapat
ditempuh dengan cara memparafrasekan puisi.
Setelah isi puisi dipahami dan dihafal secara benar, selanjutnya pembaca
meresapkan isi puisi ini ke dalam hati sehingga seakan-akan puisi itu karyanya
sendiri. Kepiluan, kepedihan, kegalauan, kebahagiaan, keberbunga-bungaan, yang
dirasakan penyair diempati dan dirasakan juga oleh pembacanya. Pembaca harus
bisa menjadi perantara yang hidup antara penyair dan penikmat puisinya.
Pada tahapan ke luar, pembaca mengekpresikan hasil pemahaman dan
peresapannya kepada pendengar. Pembaca menghidangkan puisi dengan membacakannya
sebaik mungkin. Untuk dapat menghidangkan sebuah puisi dengan baik sehingga bisa
dinikmati keindahannya secara optimal, pembaca harus membacakan puisi dengan
artikulasi, intonasi, mimik, dan kinesik atau gerakan tubuh yang tepat dan
proporsional.
Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan
keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan
dengan irama. Irama merupakan unsur sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi.
Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek
suara. Irama puisi tercipta dengan melakukan intonasi. Ada 3 jenis intonasi
dalam pembacaan puisi, yaitu sebagai berikut.
a) Intonasi
dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
b) Intonasi
nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan
keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. sementara, suara rendah
mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan lain sebagainya.
c). intonasi
tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata.
0 Komentar Untuk "MEMBACAKAN PUISI KARYA SENDIRI DENGAN LAFAL, INTONASI, PENGHAYATAN, DAN EKSPRESI YANG SESUAI"
Post a Comment