Kabupaten aceh tengah menempati bagian tengah Pulau Sumatra yang
merupakan bagian dari pegunungan bukit barisan, beribukota di Takengon. Pada
tahun 2003, kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi dua, yaitu kabupaten aceh
tengah dan kabupaten bener meriah. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten
bener meriah, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten aceh timur, sebelah
selatan dengan kabupaten gayo lues, dan sebelah barat dengan kabupaten nagan
raya dan pidie.
Wilayah kabupaten ini memiliki topografi perbukitan dan pegunungan di
jajaran pegunungan bukit barisan dengan ketinggian 2.000-2.600 mdpl.semuanya
terletak diseputar danau laut tawar. Jauh dibagian selatan dekat dengan
perbatasan kabupaten nagan raya dan gayo lues menjulang gunung abong-abong (3.000
m).
Kabupaten aceh tengah memiliki beragam floran dan fauna yang
dibudidayakan maupun yang alami.jenis-jenis flora budidaya umumnya berupa
tanaman yang bernilai ekonomis, seperti tanaman peratnian, sayur-mayur,
buah-buahan, palawija dan tanaman perkebunan. Komoditi yang dihasilkan oleh
perkebunan rakyat dan negara antara lain kopi, tebu, tembakau, lada, casiavera,
kemiri, pinang, dan lain-lain.jenis fauna yang dibudidayakan antara lain sapi,
kerbau, kuda, kambing, domba serta unggas.
Kabupaten ini terbagi atas 14 kecamatan , yaitu kecamatan linge,
kec.bintang, kec.lut tawar, kec.kebayakan, pegasing, bebesan, kute panang,
silih nara, ketol, celala, jagong jeget, atu lintang, bies dan rusip antara
yang didalamnya termasuk 2 kelurahan dan 266 desa. Kecamatan kebayakan
wilayahnya berada dibagian utara dari kabupaten aceh tengah. Kecamatan
kebayakan sebelah utara berbatasan dengan kabupaten benermeriah, sebelah timur
berbatasan dengan kecamatan bintang, sebelah selatan berbatasan dengan
kecamatan lut tawar, kecamatan bebesan, dan sebelah barat berbatasan dengan
kecamtan bebesan dan kecamatan kute panang. Kecamatan kebayakan terbagi dalam
19 kampung yang berstatus swakarya dan wilayah terbesar berada pada kampung
bukit sama.
A.
Gambaran
Etnis Gayo
Tanah gayo meliputi pusat pegunungan bukit barisan bagian utara yang
merupakan dataran tinggi dengan ketinggian diatas 1000 meter di atas permukaan
laut. Wilayah nya terpotong-potong oleh punggung-punggung bukit yang dimaksud
merupakan hulu-hulu sungai besar dan penting, seperti sungai peusangan,
meulaboh, jambu aye/jemer, tripa, temiang, dan sungai perlak dengan beberapa
anak sungainya. Jajarab bukit barisan yang membentang di sebelah utara
merupakan batas alam yang memisahkan tanah gayo dengan pesisir aceh bagian utara.
Wilayah tanah gayo terbagi atas empat bagian yaitu wilayah lut tawar, wilayah
deret, wilayah gayo lues dan gayo tanyo, serta wilayah serbejadi.
Wilayah lut tawar, di bagian utara dan selatan merupakan pegunungan dan
bagian timur dan barat merupakan dataran tanah persawahan. Wilayah deret
dipisahkan dengan lut tawar oleh pegunungan memanjang dari barat ketimur yaitu
bur ni belakang parang, bur ni samar nawan, burni mengurung, bur ni kera atau
bur ni serule dan bur ni kertan. Isaq merupakan salah satu kampung di wilayah
deret. Wilayah gayo lues/gayo tanyo berada pada DAS Wih Ni Tripa, yang hulu nya
berada disekitar bur ni intim-intim. Dibagian barat wilayah gayo lues merupakan
wilayah aceh barat ,sedangkan tenggara merupakan wilayah tanah alas yang
dibatasi oleh Bur Ni Senibong dan Bur Ni Agusen. Pada awalnya penduduk
serbeajadi menempati pinggiran Sungai Wih Ni Serbejadi, sebagian dari wilayah
Serbejadi ini berbatasan dengan Gayo Lues. Keempat wilayah tradisional Gayo
tersebut pada awalnya dihubungkan dengan jalan-jalan setapak.
Adanya empat wilayah tradisional tersebut sangat mungkin menjadikan Tanah
Gayo terbagi menjadi empat kelompok besar, namun masih satu bahasa, yaitu
bahasa Gayo, dengan dialek yang sedikit bervariasi antarwilayah tersebut.
Masyarakatnya hingga kini banyak bergerak di bidang pertanian, peternakan, dan
juga perikanan.
Masyarakat Gayo menganut paham patrilinial, di mana di dalam satu rumah
biasanya didiami oleh satu keluarga batih, kalaupun adakeluarga baru mereka
akan membuat rumah di sekitar rumah induk,begitu seterusnya, hingga terbentuk
satu kampung yang merupakan satu belah. Pemimpin kampung tersebut dengan reje.
Konsep pembangunan kampung seperti ini juga ditemukan pada masyarakat Batak
Toba. Pengertian belah tidak hanya menyangkut hubungan kekerabatan semata,
tetapi juga berkaitan dengan wilayah atau tempat tinggal dalam satu wilayah
yang sama.
Rumah Gayo berkonstruksi panggung yang dibangun di atas empat tiang
utama, bagian-bagian rumah dari atas hingga ke lantai cenderung diikat atau
dijalin dengan menggunakan ijuk atau rotan, dan pada bagian yang memerlukan
bidang yang lebar selain ditutup dengan anyaman, dapat juga ditutup dengan
bilah bambu atau kayu. Letak rumah biasanya , membujur dari Timur ke Barat dan
letak tangga menuju rumah biasanya r, dari arah Timur atau Utara. Rumah yang
dianggap normal letaknya dibangun dengan orientasi Timur-Barat disebut bujur.
Sedangkan orientasi rumah Utara-Selatan disebut lintan
B.
Gambaran
Situs Arkeologi
Bagian pedalaman wilayah kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi
perbukitan dan pegunungan jajaran Pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian
ketinggian 200 sampai 2600 meter dari permukaan laut. Gunung ataupun bukitnya terletak di sekitar
danau lut tawar pada kegiatan survei arkeologi tahun 2007 di Bagian lereng
perbukitan itu diketahui adanya beberapa gua atau Curug alam di antaranya gua
Putri pukes.
Kondisi Loyang koro secara umum agak gelap, lembab, dan banyak stalkmit
serta stalaktit, kecuali pada bagian yang berdekatan dengan mulut gua. Gua ini
juga berada pada bagian lereng yang terjal di sekitar danau Lut Tawar. Secara
umum kondisinya kurang ideal sebagai gua hunian, namun tidak menutup
kemungkinan gua itu juga digunakan sebagai tempat singgah pada kegiatan
berburu.
Cerita rakyat yang mewarnai keberadaan gua-gua Puteri Pukes, Loyang Koro,
dan Loyang Datu dapat menjadi indikasi bahwa gua-gua itu pernah difungsikan.
Gua Puteri Pukes dikaitkan dengan kisah seorang puteri yang jatuh cinta dan
menikah dengan seorang pemuda, namun ketika tidak menaati pesan orangtuanya,
akhirnya berubah menjadi batu di gua tersebut. Kemudian Loyang Koro (koro =
kerbau), kata koro tersebut digunakan karena dahulu gua itu pernah difungsikan
sebagai persinggahan kerbau, karena berada pada daerah yang menjadilintasan
orang menggiring kerbau dari Kota Takengon menuju daerah lsaq. Loyang Datu
dikaitkan dengan legenda asal- usul keturunan penduduk lsaq. Mereka menyebutkan
bahwa asal keturunannya adalah Muyang Siwah, Datu Pitu. Dikisahkan bahwa Merah
Mege, anak salah seorang Muyang Siwah yang bernama Datu Peski, dijatuhkan oleh
keenam saudaranya ke dalam gua yang di dalamnya terdapat aliran sungai, yang
dahulu disebut Wih Ni Nangka, dan kini lebih dikenal dengan nama Loyang Datu.
1. Situs
Loyang Mendale
Situs
ini berada di Jalan Panca Dharma, Kampong Mendale. Secara astronomis berada pada terdapat empat
jeruk yang berjajar dari timur ke barat berada di lereng bukit jenis tanaman
yang tumbuh di bagian buktinya selain semak-semak ada juga terdapat bambu jenis
tanaman yang tumbuh di sekitar antara lain kopi lamtoro beberapa jenis bambu
hijau dan pohon keras lainnya lingkungan jeruk berada tidak jauh dari Danau lut
tawar berjarak sekitar 50 meter di depannya terdapat jalan menuju lokasi gua
sangat dekat dengan danau dengan kemiringan lahan didepan gua relatif terjal
namun aksesibilitas ke lingkungan sekitarnya masih relatif mudah dilakukan
bagian lantai gua miring di bagian barat laut dan bagian Tenggara lantainya
rata pada lantai gua kondisi tanah relatif kering dan dengan sedimen relatif
tebal dan di beberapa tempat sirkulasi udara di dalam gua dan pencahayaan cukup
bagus.
2. Situs
Loyang Ujung Karang
Situs ini berada sekitar 1,3 km ke arah barat
laut dari loyang dan masuk dalam wilayah administratif Dusun blog Kecamatan
kebayakan. situs goyang mendali situs goyang ujung Karang berada di kaki Bukit
dengan ketinggian 5 meter dari tanah sawah yang ada di depannya 200 derajat ini
berjarak sekitar 200 m dari jalan desa blok Kayangan terdiri dari dua buah
dengan mulut yang cukup lebar yaitu 7 kali 10 m, kondisi lantai kedua buah
tersebut jaringan data hanya pada bagian barat nya agak tinggi sehingga lantai
goa belanda ke arah timur di depan mulut gua terdapat bongkahan batu sehingga
lokasi ini sangat nyaman untuk dijadikan lokasi hunian bongkahan batu itu akan
membantu terlindung dari hujan dan sengatan matahari serta hembusan angin.
3. Situs
Loyang Putri Pukes
Situs ini berada sekitar 3,5 km dari kota
Takengon dan berkisar 1,5 km ke arah timur dari situs pengendali dan masuk
dalam wilayah administratif Dusun Pasir Kampung mendali, Kecamatan kebayaka.
situs ini Kondisinya sudah rusak karena telah dilakukan pengurukan tanah pada
bagian lantai gua dan kemudian setelah ditambah berbagai ornamen yang dibuat
dari bahan beton, seperti pada bagian depan gua yang dilapisi dengan semen
dengan berbagai relief yang menggambarkan bagian tubuh manusia di bagian dalam
dibuatkan tangga menggambarkan di bagian dalam dibuatkan tangga beton dan sumur
yang dibatasi dengan beton. secara arkeologis situs loyang Putri pukes ini
merupakan situs Hunian yang sekaligus digunakan juga sebagai situs penguburan
indikasi tersebut terlihat dari keberadaan Lesung batu dan juga disertai dengan
kapak lonjong
0 Komentar Untuk "Peninggalan Kebudayaan Etnis Gayo"
Post a Comment