Menurut cerita orang tuo di Desa
Kungkai pada saat kami melakukan penelitian di Desa Kungkai pada tahun 2012,
awal mulanya di Kungkai ada 2 kelompok kecil yang datang dari bukit Puding
tepatnya di seberang Kungkai dan mereka menamakan kelompoknya Datuk Puding,dan
datang dari Mudik dan menamakan mereka Datuk Kayo, karena semakin banyaknya anggota kelompok 2 Datuk ini, maka Datuk Puding memecah menjadi Datuk Puding dan Datuk Sangkuno, dan Datuk Kayo memecah menjadi Datuk Kayo dan Datuk Bandar. Menurut cerita datuk itu ada sebelum Kungkai itu ada, ada juga yang mengatakan Desa Kungkai ada karena perantau perantau Minang, Kerinci, Tapi kami mengambil persepsi
keberadaan Kungkai berkat datuk-datuk, Dahulu kelompok-kelompok itu dikendalikan oleh
raja masumai, kebetulan pada saat itu
sang raja singgah, dan meminta 5 buah Biduk ( Perahu) sehingga membuat mereka
terbagi menjadi 5 kelompok sehingga bertambahlah satu Datuk lagi yaitu Datuk Sukoberajo :
Datuk Puding : Datuk Sangkoeno
Datuk Kayo: Datuk Bandar
Datuk Sukoberajo
Selanjutnya karena Kelompok datuk sangkoeno
sudah semakin banyak maka dibagi lagi lah datuk sangkoeno menjadi 3 Datuk lagi
yaitu :
Sangkoeno Tuo, Sangkoeno Perbo,
Sangkeono Tiang Alam.
Namun secara umum Datuk di kungkai
itu tetap lah Limo, dan dianggap sebagai tiang berdirinya desa kungkai.
Kemudian ketika telah memasuki era
satu kepemimpinan maka diciptakan RIO (kepala desa) tak membuat fungsi datuk
pudar,karena Rionya itu juga dipilih berasal dari datuk.saat itu masing-masing
datuk bersaing untuk menjadi Rio.Dan datuk-datuk itu dianggap sebagai partai
politik untuk bersaing merebut puncak pimpinan desa. Datuk datuk yang ada di
desa kungkai itu memiliki tugas untuk mengatur anak kemenakannya, dan memecahkan
suatu masalah dalam kelompok tersebut Di kalangan datuk apabila ada pemuda dari
kelompoknya berkelahi,orang tua pemuda tersebut harus membawa anaknya ke Datuk
untuk mendamaikannya,dan sekarang itu sudah hilang karena apabila ada pemuda
yang berkelahi masalah itu di selelsaikan di kepala desa atau dibawa ke
kepolisian langsung berbeda dengan dahulu Datuk di Desa Kungkai itu sangat
dihormati oleh anak kemenakannya, terutama saat ada acara acara kelompok datuk
tersebut.
Datuk ini di Desa Kungkai sering juga
disebut dengan bathin, karena dalam penentuan kelompoknya itu harus berdasarkan
garis keturunan ibu untuk mendapatkan keanggotaan sebagai kelompok datuk. Jika
ada orang luar ingin menikah dengan masyarakat kungkai,khususnya perempuan
terlebIh dahulu harus dilakukan pengakuan batin terhadap salah satu
datuk,supaya anaknya nanti bisa diberi gelar datuk berdasarkan dengan ibunya
mengaku datuk tadi.tapi sekarang, terhusus bagi pendatang mereka juga harus
memiliki Datuk, tetapi dengan cara yang disebut didesa kungkai itu “Ngakau
Indok” ( Mengaku Bathin terhadap
orangtuo angkat) itu semua sampai sekarang masih berjalan.
Kelompok Datuk biasanya selalu
melakukan penyalangan-penyalangan pada hari raya idul fitri dahulu kelompok
kelompok melakukan penyalangan dengan memakai pakaian songket\sungkuk dan
membawa nampan jamuan berupa makanan yang terdapat disebuah nampan, dari
penyalangan itu dibuat lah sebuah acara yang boleh dikatakan pesta adat, dyang
sudah sangat turun temurun, yaitu “Lumbo Bidok” (Pacu Perahu), dan acara
“Manjeat Pineang” ( Manjat Pinang ).
Di tradisi datuk,terdapat salah satu
upacara yang dianggap sakral.yaitu upacara
pembukaan cerita datuk,konon dahulu harus memotong satu ekor kerbau untuk membuka cerita itu di anggap
suci.sehingga harus memenuhi syarat tersebut.tapi, sekarang membuka cerita itu
hanya seperti cerita biasa saja sampai saat kamu melakukan penelitian dan
bertanya soal datuk sangkuno tidak ada syarat untuk membuka cerita.
Ngomong ngomong soal datuk, saya ini
adalah putra daerah asli, dan mendapat Datuk Sangkoeno, begitu lah cerita yang
saya dapatkan dari ninik mamak, tuo tenganai desa kungkai, mungkin ada
kesalahan harap dimaklumi, karena ini cerita lama , dari mulut kemulut, sejarah
ini saya tulis bukan untuk manipulasi fakta dan sejarah, ini hanya cerita orang
tuo yang saya angkat dari penelitian singkat, jadi kalau berbeda beda persepsi
dan pandangan silakan, tapi saya tetap memegang persepsi saya ini berkat
penelitian yang telah saya adakan, saya mewancara banyak tokoh adat, yaitu,
nenek sugu, nenek muid, Tokoh Adat Baharuddin, Nenek Abu Bakar, dan masih
banyak lagi orang yang telah kami wawancarai, semuanya mengarah ke yang saya
tulis ini, tapi dengan persepsi dan pandangan yang berbeda.
0 Komentar Untuk "SEJARAH DESA KUNGKAI : 5 Bathin/Datuk di-Desa Kungkai (Kec Bangko,Kab Merangin )"
Post a Comment